Pertemuan Alumni Angkatan 1976 FIKOM di kediaman Prof. Dr. Deddy Mulyana di Batu Nunggal Bandung, pada 30 Mei 2010 yang lalu. Seramai 16 orang alumni FIKOM bertemu semula setelah 30 tahun meninggalkan kampus Dipati Ukur. Di Barisan belakang: Alumni Drs. A.F.Yassin (dua dari kiri) diapit oleh Prof. Dr. Deddy Mulyana di sebelah kanan dan isteri beliau Daisy Deddy (kiri). Turut kelihatan Dra. Inmas Sunaryo, Direktor Utama TVRI, Jakarta (Ddduk tiga dari kanan), dan isteri A.F.Yassin, Rubiyah Suleiman (Barisan depan kiri sekali). SEMPENA PERTEMUAN ANGKATAN 1976 FAKULTI KOMUNIKASI UNPAD 30 MEI 2010
Kota Tegal, Jawa Tengah, yang saya kunjungi Jumat 14 Mei 2010, mengingatkan saya kepada seorang penulis, yang juga dosen saya di Fakultas Publisistik, pada tahun 1978. Namanya Drs. Ryono Pratikto dan saya mengambil kuliah Scientific Writing untuk dua semester.
Pak Ryono mempunyai unsur kebersamaan dengan saya dari sudut minat. Pak Ryono minat dalam bidang kesusasteraan, begitu juga saya. Pak Ryono seorang sasterawan Indonesia (anak kelahiran Tegal) diputerakan pada tahun 1932 dan telah menghasilkan antologi cerpen bersama dengan seorang ssterawan Malaysia, DR. Othman Puteh dengan judul General, pada tahun 1993. Pada tahun yang sama Pak Ryono menghasilkan antologi cerpen Wira Muda Dari Ambarawa. Kedua-dua buku ini diterbitkan oleh Penerbit Fajar Bakti, perusahaan milik Oxford University Press, London, United Kingdom.
Pada 29 Mei 1994, saya menulis dalam kolum saya dalam Suratkabar Mingguan Nasional Malaysia, Utusan Zaman, menyoroti hati dan budi Pak Ryono sebagai seorang sasterawan yang juga dosen dalam bidang publisistik. Sorotoan ini adalah hasil pertemuan saya dengan beliau beberapa kali di kediamannya di Kiaracondong dan di Kompleks Perumahan UNPAD di Dago (Jalan Sosiologi). Sorotoan ini kemudiannya menjadi salah satu artikel yang disiarkan dalam buku saya berjudul Sembang Sastera Bersama Orang Persuratan (310 halaman) dan diterbitkan oleh Penerbit Fajar Bakti, Malaysia pada tahun 1998. Dalam setiap pertemuan sepanjang tempoh hubungan silaturahmi berlangsung, kami tidak melupakan membincangkan tentang konsep komunikasi yang dikaitkan dengan elemen telepati. Kami sering memperingatkan sesama sendiri terhadap persoalan komunikasi yang erat pautannya dengan persoalan manusia dan kemanusiaan.
Kata Pak Pryono, “Kemelut dunia hari ini berpunca dari angkara manusia yang gagal berkomunikasi. Mereka berinteraksi tapi tidak berkomunikasi. Mereka berbicara dan berpandangan tetapi mereka tidak berkomuniakasi, sehingga memungkinkan timbulnya gejolak rasa yang negatif. Manusia saling berbunuhan, saling bermusuhan, saling memfitnah dan saling berperang.”
Profesor Dr. Deddy Mulyana, Dekan Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Padjadjaran, Bandung.Namun kami yakin, dan begitu juga dengan para ilmuan komunikasi lainnya bahawa pada suatu hari nanti akan wujud satu sistem komunikasi bentuk telepati yang mampu memindahkan apa yang difikirkan seseorang kepada seorang yang lain. Dengan demikian itu, manusia akan lebih memahami pesan dan segala yang ingin disampaikan antara satu dengan yang lain. Ketika itu nanti, seperti kata Pak Ryono, “Manusia tidak perlu lagi berkata-berkata atau menggunakan bahasa atau isyarat. Cukuplah manusia hanya menggunakan pandangan mata untuk berbicara dan ketika itu mungkin saja manusia tidak lagi saling berbunuhan, bermusuhan atau saling menabur fitnah.”
Bagi saya, ini satu kesan yang amat mendalam dalam bicara empat mata dengan Pak Ryono. Dan begitu pula harapan dan kesan saya ketika Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia, yang mensponsor pendidikan saya dalam bidang jurnalistik (publisistik) di UNPAD pada tahun 1976. Pada bulan Maret 1976, saya diregistrasi sebagai mahasiswa Publisistik dengan NIP 154 dan diperkenalkan kepada Drs. Betty Sabur, M.A., dan Dekan Fakultas Publisistik, Drs. Onong Uchjana Effendy, yang kantornya terletak di Bangunan Perpustakaan di Jalan Dipati Ukur.
Walaupun kepada Pak Ryono saya diperkenalkan beberapa tahun kemudian lewat kuliahnya Scientific Writing, namun kesemua tokoh publisistik ini memberikan impak mendalam dalam jiwa saya. Mereka adalah beberapa nama yang terus terpahat di hati sampai hari ini, 34 tahun kemudian. Tidak terkecuali 16 orang alumni Angkatan 1976 yang turut mengadakan “reuni kecil” yang saya hadiri di kediaman Dekan FIKOM yang sekarang, DR. Deddy Mulyana, seorang Guru Besar UNPAD di No. 83, Batu Nunggal pada hari Minggu, 30 Mei 2010 yang lalu. Antara 16 yang hadir termasuk empat yang tinggal di Jakarta, sementara 12 yang lain tinggal di Bandung.