WELCOME TO THE BORDERLESS WORLD OF POSSIBLITIES!

How about sharing your slants and perspectives - left, right, up above or down below!?

Thursday, 29 May 2008

PITA POLITIK (29): TUN M. CONTINUES ATTACKING PM


The Pulau Batu Puteh Saga as appeared in the news.

(Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi (left) and Tun Mahathir Mohamad.
2008/05/29

Dewan Rakyat: Backbenchers: Dr M making wild accusations against Pak Lah
By : V. Vasudevan, Eileen Ng, R.S. Kamini and Joseph Sipalan

Datuk Idris Haron (left) says it is pointless to talk as Dr Mahathir is no longer prime minister, while Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin says one can never please Dr Mahathir. Datuk Ismail Sabri Yaakob (right) says government is not afraid of Singapore.

TUN Dr Mahathir Mohamad should stop making wild accusations against Prime Minister Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi, backbenchers said.

They said losing Pedra Branca to Singapore did not mean Malaysia was afraid of the island republic.

They also said defending Abdullah did not mean Umno had stopped championing the cause of the Malays or that Umno members were preoccupied in keeping Abdullah as party president.

Dr Mahathir had, on his return from Japan on Tuesday, accused Abdullah of being ungrateful and of being afraid of Singapore.

Deputy Higher Education Minister Datuk Idris Haron urged Dr Mahathir to think carefully before attacking the Prime Minister.
"Dr Mahathir is no longer in power. So there is no use talking. Moreover, he is no longer an Umno member."

Higher Education Minister Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin said:

"The point is we have better things to do like concentrate on governing this country. You can never please Dr Mahathir. He will say anything. Let it be."

Youth and Sports Minister Datuk Ismail Sabri Yaakob declared the government was not afraid of Singapore.

"No matter what Dr Mahathir says, Umno will always champion the Malay cause."

Umno information chief Senator Tan Sri Muhammad Muhammad Taib said he did not understand the former prime minister's latest outburst.

Barisan Nasional Backbencher's Club deputy head and Kinabatangan MP Datuk Bung Moktar Radin blamed Dr Mahathir for causing division in the party and among Malays.

Foreign Minister and Umno supreme council member Datuk Seri Dr Rais Yatim said Malaysia did not lose Batu Puteh to Singapore because of fear.

Gua Musang Member of Parliament Tengku Razaleigh Hamzah said: "We are not scared of Singapore but we should have handled the Batu Putih case better."

Jerlun Member of Parliament Datuk Mukhriz Mahathir was the only dissenting voice.

He said: "We seem to be so accommodating of Singapore... at the expense of our interest. We have to draw the line." (NST Online, 29 May 2008)

Comment:
No comment except the news reminds us of Dato' Musa Hitam's (now Tun) letter of resignation to Datuk Seri Dr Mahathir Mohamad (now Tun) on 26 February 1986. The letter purpotedly said among others " saya telah menyatakan hasrat
>saya meletak jawatan di dalam percakapan kita pada 27hb. Januari, 1986,
>iaitu sebelum saya bertolak ke Davoz, Switzerland.
>Sekarang, setelah menggunakan waktu cuti saya dengan fikiran yang
>tenang, waras serta penuh keinsafan, saya dengan ini mengambil keputusan
>muktamad meletakkan jawatan saya sebagai Timbalan Perdana Menteri dan semua
>jawatan berkaitan dengannya iaitu termasuk Menteri Dalam Negeri,
>berkuatkuasa daripada 16hb. Mac, 1986. Surat rasmi saya sampaikan
>berasingan.
>Saya menulis surat ini kepada Saudara selaku Presiden UMNO berkaitan
>dengan jawatan saya selaku Timbalan Presiden.
>Berlanjutan daripada perletakan jawatan saya selaku Timbalan Perdana
>Menteri, saya dengan ini juga meletak jawatan saya selaku Timbalan Presiden
>UMNO dan semua jawatan berkaitan dengannya, iaitu berkuatkuasa daripada
>16hb. Mac, 1986.
>Sungguhpun saya tidak menghuraikan sebab-sebab saya meletak
>jawatan-jawatan berkenaan dalam surat rasmi saya kepada Saudara selaku
>Perdana Menteri, saya fikir perlu saya jelaskannya dalam surat saya ini
>kepada Saudara selaku Presiden UMNO.
>Saudara tentu ingat bahawa pada malam sebelum Perhimpunan Agong UMNO
>tahun lalu, Saudara telah membangkitkan soal bagaimana ada di kalangan
>ahli-ahli Majlis Tertinggi yang kesetiaannya kepada Saudara dipersoalkan.
>Bukan itu sahaja, berbagai-bagai cakap negatif dan tohmah telah, dikatakan
>oleh Saudara, dilemparkan ke atas Saudara sendiri. Ini semua, dikatakan oleh
>Saudara, menimbulkan keadaan tidak sihat dan berpotensi perpecahan di
>kalangan Parti kita UMNO sendiri..."
Ironically, the current UMNO crisis saw the former UMNO President, Tun Mahathir resigning from the party and not the former Deputy President (Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi).

There's yet another comment by " Liputan6.com" from Indonesia after Dato' Seri Abdullah Ahad Badawi took over the reign of the country. It said: Suksesi di Malaysia berjalan mulus. Tak ada gejolak. Mahathir Mohammad mundur setelah hampir 22 tahun berkuasa. Ia menyerahkan tampuk kepemimpinan ke pundak Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi. Kini putra politisi Ahmad Badawi yang biasa disapa Pak Lah resmi menjadi Perdana Menteri Malaysia yang kelima.

Pergeseran kekuasaan di Malaysia terkesan tak banyak cakap. Sebagian kalangan yakin Pak Lah adalah angin segar. Mereka percaya bekas Deputi PM Malaysia ini bisa membawa negerinya lebih demokratis, terbuka, dan menghormati hak asasi manusia. Tapi ada juga yang ragu. Pak Lah dianggap setali tiga uang dengan pendahulunya. Tak ada beda. Otoriter dan sama-sama bertangan besi.

Tak bijak memang menilai kepemimpinan Pak Lah yang masih hitungan hari. Satu yang pasti, ia telah berjanji menjalankan tugas dengan jujur. Juga ia siap mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya. Nah, ini bisa dijadikan modal. Apalagi track record politisi berusia 63 tahun ini tak bisa dianggap kacangan. Berbagai jabatan strategis di Malaysia pernah mampir di pundaknya. Karier politik ayah dua anak ini dimulai pada 1969. Saat itu, ia ditunjuk menjadi Asisten Sekretaris Majelis Gerakan Negara. Dua tahun Pak Lah memangku jabatan itu.

Suami Datin Seri Endon binti Datuk Mahmud ini kemudian diangkat menjadi Asisten Sekretaris Keamanan Nasional. Bak meteor karirnya terus melesat. Ia memegang jabatan Deputi Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga pada periode 1974-1978. Lalu, Pak Lah diangkat menjadi Menteri Pendidikan. Dua tahun menjabat, lulusan Universitas Malaya ini dipercaya menjadi Menteri Pertahanan.

Lonjakan drastis dalam karier Pak Lah terjadi pada 1984, manakala dia diangkat menjadi Deputi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO). Selanjutnya selama tujuh tahun, dia dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri. Masa keemasan Pak Lah belum berhenti. Pada 1999, dia dipercaya menjadi Menteri Dalam Negeri sekaligus merangkap sebagai Deputi PM menggantikan Anwar Ibrahim yang dianggap terlalu vokal mengkritik kebijakan Mahathir.

Pengangkatan Pak Lah sebagai Deputi PM mengundang banyak tanda tanya. Adalah kalangan oposisi yang paling nyaring bersuara atas pengangkatan Pak Lah menjadi orang nomor dua di Malaysia. Menurut mereka, Pak Lah belum layak menempati posisi paling strategis tersebut--kalau langgeng jadi PM. Tapi Mahathir bergeming. Dr. M--julukan Mahathir--tetap pada pendiriannya.

Pak Lah memang "anak manis" dibanding tiga Deputi PM terdahulu--Musa Hitam (1986), Ghafar Baba (1993) maupun Anwar Ibrahim. Pak Lah lebih banyak diam. Bahkan selama dalam asuhan Dr. M, Pak Lah nyaris tak pernah mengomentari kebijakan sang bos. Dan, itu terbukti berbuah manis, kesabaran Pak Lah mendapat ganjaran setimpal. Kini Pak Lah bebas mengarahkan Semenanjung Malaysia ke arah yang dia suka.

Sekarang tinggal bagaimana Pak Lah memimpin. Di sinilah tantangan sesungguhnya buat pria yang 24 November mendatang merayakan ulang tahun ke-64. Mahathir sudah meletakkan pondasi kokoh. Terutama di bidang perekonomian. Bahkan, tak bisa disangkal, perekonomian Malaysia sekarang jauh lebih kuat dibanding negara-negara di Asia Tenggara setelah dihajar krisis pada 1997/1998. Selama 22 tahun di bawah kepemimpinan Dr. M, Malaysia juga membukukan kemajuan di sektor perbankan. Malaysia juga tercatat sebagai negara yang memiliki infrastruktur paling maju. Pendek kata, Malaysia paling siap menghadapi era globalisasi.

Memang Pak Lah sudah berjanji akan bekerja sebaik-baiknya. Tapi itu belum teruji. Soalnya Malaysia bukan negeri tanpa persoalan. Yang paling nyata adalah masalah investasi asing. Sejak 2001, investasi asing di Negeri Jiran merosot tajam setelah terjadi gelombang pengalihan modal ke Cina dan sejumlah negara tetangga seperti Thailand. Malaysia pun sempat terjangkit defisit anggaran.

Ekses kebijakan Dr. M yang mematok mata uang ringgit pada kisaran 3,80 per dolar Amerika Serikat berpotensi menimbulkan persoalan. Meski tak ada tekanan langsung, kalau dipertahankan dalam jangka waktu panjang, kebijakan ini bisa merusak kepercayaan pasar bebas Malaysia, terutama buat iklim investasi. Masalah besar lain yang menghadang adalah penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kini berjangkit di UMNO. Sistem hubungan yang sudah berurat berakar di partai paling berkuasa di Malaysia itu sering kali melahirkan kontrak-kontrak "gelap" antara pemerintah dan pengusaha tertentu.

Belum lagi soal pemilihan umum Malaysia yang sudah di depan mata. Hubungan luar negeri Malaysia dengan negara-negara Barat dan Israel yang kian "panas". Khusus soal hubungan luar negeri, Pak Lah memang beda dengan Dr. M. yang sering bicara terbuka dan keras, malah cenderung kontroversial. Pak Lah lebih tenang dan hati-hati. Dia juga tak suka menonjolkan diri, diplomatis, dan yang paling penting sangat menjaga tutur katanya. Atas sikapnya ini, beberapa negara dan kelompok oposisi berharap Malaysia bisa menjadi lebih lunak. Tak seperti era Mahathir.

Bukan tak mungkin wajah Malaysia kelak berubah di tangan Pak Lah. Tapi rasa-rasanya kemungkinan kecil. Tengok saja pernyataan Pak Lah sepekan sebelum diangkat menjadi PM. Lelaki kelahiran Penang, 26 November 1939 ini, berjanji tak akan mengadakan perubahan kebijakan secara mendasar. Malah, ia bersumpah akan melanjutkan segala kebijakan negara untuk mencapai Visi 2020. Sinyalemen inilah yang patut dicermati.

Kalau begitu, perubahan total di Malaysia tampaknya masih jauh panggang dari api. Malah ada kemungkinan Pak Lah akan lebih dulu mengamankan posisinya. Membangun koalisi untuk menancapkan jeratnya atas UMNO, partai yang menjadi tonggak utama Barisan Nasional. Terlebih lagi dalam waktu dekat, Pak Lah membutuhkan UMNO untuk memenangkan pemilu.(ICH)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

FAMILY BLOGS

Special Interview Session with Malaysian Personalities, 2007

Special Interview Session with Malaysian Personalities, 2007
With Tan Sri Dol Ramli, Ex-Director General (RTM) at his residence, Bukit Ampang, KL..

Interview Session with Malaysian Personalities, 2007

Interview Session with Malaysian Personalities, 2007
Sharing a light moment with Tun salleh Abbas at his residence in Kuala Lumpur.

RTM MALAY LANGUAGE ACTION COMMITTEE 1983

RTM MALAY LANGUAGE ACTION COMMITTEE 1983
Dato' Dr. Firdaus Abdullah chairing the session, with Dr. Sulaiman Masri (extreme right) and Haji Jajuli Abd. Rahman (second from right).